Misi Manusia Menyelamatkan Bumi


Author: Ahmad Makki. http://www.penulislepas.com/v2/?p=695#more-695

Peringatan Hari Ozon Internasional yang jatuh pada tanggal 16 September 2007 lalu terkesan adem ayem. Tidak ada satu kegiatan apapun yang mengingatkan akan ketergatungan hidup manusia pada lapisan ozon. Padahal banyak masyarakat umum yang tidak mengetahui bahwa penipisan lapisan ozon terus berjalan dan sudah diluar batas toleransi lagi. Ibaratnya makhluk hidup, bumi secara perlahan-lahan segera akan hancur lebih dini (awal). Pemakaian zat-zat kimiawi seperti gas karbon dioksida dan maraknya “rumah kaca” serta pembalakan hutan secara besar-besaran adalah bagian dari pengrusakan ekologi lingkungan. Bentuk-bentuk yang berakibat terjadinya pemanasan global yang memiliki kontribusi sangat besar dalam penipisan lapisan ozon.

Perhelatan internasional dalam pertemuan PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) pada selasa (25/9) dengan agenda puncak membahas permanasan global kembali mengingatkan masyarakat dunia untuk turut andil mengatasi masalah ini. Dunia seakan dihentak dalam beberapa hari terakhir ini. Perhelatan yang dilaksanakan di New York AS pada selasa (25/9) lalu dihadiri oleh utusan dari berbagai negara. Hal ini mengingatkan seluruh lapisan masyarakat dunia akan kerusakan lingkungan kini telah terakumulasi dalam udara yang dihirup dan air yang diminum dalam setiap harinya oleh manusia.

Pakar ekologi dari Universitas Cornell, David Pimentel memperikaran dalam tiap tahunnya sekitar 62 juta kematian atau 40 persen dari total kematian di dunia saat ini disebabkan oleh faktor kerusakan lingkungan (Surya,26/9/07). Hal ini tidak lain akibat dari terjadinya penipisan lapisan ozon yang akan meningkatkan intensitas sinar ultra violet. Pelindung yang sejatinya akan mengurangi jumlah radiasi matahari ke bumi. Bila tidak hal ini akan menyebabkan banyak kasus kanker kulit, katarak, dan pelemahan sistem daya tahan tubuh. Dan yang paling membahayakan adalah kerusakan lingkungan akan semakin parah di permukaan bumi. Kalau memang begini realitanya, hasil penelitian di atas sungguh bukanlah hal yang mengada-ada.

Selain itu juga, dampak dari penipisan lapisan ozon secara global sungguh jauh mengerikan bila dibandingkan dengan bencana-bencana yang terjadi diseluruh penjuru dunia saat ini. Ketika bencana akibat meluasnya lubang ozon benar-benar terjadi, hal ini tidak hanya akan menghancurkan infrastruktur, tetapi juga dapat memusnahkan seluruh kehidupan di bumi. Jika penipisan lapisan ozon ini tetap berlanjut tanpa adanya berbagai antisipasi, suatu bentuk bencana global yang menghancurkan kehidupan manusia bahkan seluruh makhluk hidup di Bumi hanyalah tinggal menunggu waktu saja.

Isu penipisan lubang ozon itu sendiri sesungguhnya telah menjadi salah satu isu internasional terutama di PBB dalam hal Lingkungan Hidup, United Nations Environment Programme (UNEP), sejak tahun 1987. Organisasi yang terbentuk dalam sebuah protokol konvensi, dikenal dengan Montreal Protocol, mengajak kepada seluruh negara yang telah menandatangani konvensi tersebut untuk menghapus produksi CFC (Chlorofluorocarbon) secara bertahap pada 1 Januari 1996. Jika upaya ini berhasil maka lapisan ozon akan kembali normal pada tahun 2050.

Produksi dan pemakaian CFC memang telah dikurangi bahkan nyaris tidak ada lagi, namum muncul lagi sekian aktivitas dan bahan yang kembali turut memberikan andil terjadinya penipisan lapisan ozon. Terbukti dengan meningkatnya pemanasan global sebagai mata rantai dampak penipisan pada lapisan ozon abad ini. Adalah pemakaian emisi karbon dioksida dan efek rumah kaca. Sepanjang abad ke-20, telah terjadi 10 kasus tahun terpanas hanya dalam kurun waktu 15 tahun terakhir. Tahun 1998 tercatat sebagai tahun terpanas di abad ke-20, yang berdampak terjadinya kebakaran hutan di Indonesia, Brasil, Australia atau negara lainnya dan kemarau panjang yang memusnahkan panen seperti di Afrika, serta bencana iklim lainnya akibat fenomena El-Nino (Kompas,27/9/02).

Persoalan serius akan berlanjutnya penipisan pada lapisan ozon adalah tanggungjawab bersama masyarakat dunia. Dan bukan hanya tanggungjawab negara-negara maju maupun negara-negara berkembang saja. Seluruh manusia di muka bumi ini harus saling mengoreksi diri masing-masing sebelum menemui pintu dari ambang kemusnahan. Mengingat dampak dari bencana yang disebabkan oleh menipisnya lapisan ozon tentu tidak hanyak akan dialami oleh bangsa atau negara yang menyumbang paling besar akan terjadinya penipisan lapisan ozon ini. Sesungguhnya ada banyak cara dalam mengatasi pemasalahan bersama ini sepanjang seluruh masyarakat dunia memiliki i’tikad baik. Tidak lain adalah guna kelangsungan hidup manusia dan seluruh makluk hidup di muka bumi itu sendiri.

Melestarikan hutan serta menyelamatkannya dari proses eksploitasi secara rakus oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, pengurangan pemakaian emisi yang mengandung karbon dioksida yang sangat besar serta menghindari pembangunan “rumah kaca” adalah cara yang sangat mudah untuk mengurangi laju dari proses penipisan lapisan ozon secara global. Selain pemahaman masyarakat umum yang harus terus dipupuk untuk dapat mengetahui akan ketergantungan kelangsungan kehidupan di dunia adalah lapisan ozon yang selama ini menyelimuti permukaan bumi.

Selain itu juga turut mengkampanyekan boikot pada barang-barang yang diproduksi dengan menggunakan BPO (bahan perusak ozon) antara lain seperti kulkas, AC mobil, kasur busa, jok kursi, accesories kendaraan, produk kosmetik yang berbentuk spray, dan sebagainya. Sebagai bagian dari upaya kepedulian masyarakat secara umum terhadap perlindungan lapisan ozon juga dapat diwujudkan dengan cara memilih produk yang sudah tidak menggunakan BPO. Sehingga diantara seluruh masyarakat dunia ada rasa kebersamaan dan semangat yang tinggi untuk sama-sama memiliki visi dan misi untuk menyelamatkan bumi ini dari kehancuran “lebih dini” dapat terlaksana dan realistis. Terlepas dari ketidak-kekalan bumi itu sendiri. Semoga!

*) Ahmad Makki Hasan,
(Mahasiswa Pascasarjana UIN Malang & Alumnus PP. Zainul Hasan Genggong Probolinggo)

Tidak ada komentar: