Menjejak UFO dengan Kemampuan Terbatas

Cerita tentang kehadiran dan penampakan makhluk-makhluk pendek bermata besar dengan kendaraan ruang angkasanya yang bisa melesat cepat ini rupanya tak pernah berhenti. Kehadirannya telah dilaporkan sejak ribuan tahun lalu dan kini masih saja berlangsung. Ribuan saksi telah berkisah, namun hingga kini tetap tak ada kejelas an tentang asal-usulnya.

Dalam kali ini tidak mengurai perihal penampakannya, melainkan tentang upaya sekelompok ilmuwan yang berusaha memecahkan teka-teki penjelajahan menembus waktunya. Dalam hal ini, salah satu pihak yang memiliki keinginan dan niat yang begitu kuat melakukannya adalah Departemen Pertahanan AS. Meski telah berkali-kali disangkal, banyak bocoran bukti dan keterangan saksi kunci yang mengarahkan para pemerhati UFO bahwa upaya ini telah digalang sejak lama. Persisnya sejak Angkatan Darat-Udara AS (USAAF) mengakuisisi reruntukan piring terbang yang kedapatan jatuh di Roswell, New Mexico, pada 1947.

Popularitas dan kontroversi Area 51 sendiri mencuat untuk pertama kalinya setelah Bob Lazar pada 1989 mengklaim tempat ini dalam siaran di TV Las Vegas sebagai tempat untuk membedah makhluk dan pesawat ruang angkasa yang ‘tertinggal’ di Bumi. Namun, kini jangan sekali-kali kita berusaha mengintipnya. Pasalnya, seperti juga pangkalan militer rahasia AS di Tonopah, China Lake, dan White Sand, gerak-gerik penyusup telah dapat dijejak dari radius 60 mil. Pangkalan-pangkalan ini telah mendapat penjagaan ketat didukung ribuan kamera dan sensor yang terhubung langsung dengan satelit pemantau Comintelsat. Artinya, jika mencoba menyusup ke sana, wajah dan postur Anda diam-diam sudah bisa ‘dinikmati’ ratusan petugas keamanan yang rata-rata berlencana CIA (Dinas Intelejen AS) di Washington.

Namun kini, katakan bahwa yang mereka teliti itu benar perlengkapan UFO, setelah sekitar 50 tahun berlalu, timbul juga satu pertanyaan yang cukup meng usik. Yakni, “Sudah berhasilkah militer AS menguak rahasia paling tidak mesin dari pesawat ruang angkasa tersebut?” Persisnya, mengenai keunggulan teknis yang mampu membuat pesawat-pesawat itu melesat bak cahaya, pindah alam semesta, berhenti tiba-tiba di udara, melakukan gerakan zig-zag yang susah ditiru pesawat tempur tercanggih manapun, dan yang terakhir: keunggulan sistem jamming-nya yang mampu melebihi peralatan listrik di Bumi.

Kalaupun berhasil, Departemen Pertahanan AS tentu saja tak akan mempublikasikannya. Penemuannya pastilah hanya akan dibuka untuk kalangan terbatas. Tetapi bagi Anda yang ingin mengikuti perkembangannya, apa yang diketengahkan Kenneth Behrendt, konsultan teknik dan ahli kimia Amerika, berikut ini nampaknya cukup menarik untuk diikuti. Pandangannya cukup unik karena menentang pendapat umum. Behrendt melacaknya dari tiga piranti inti yang diduga menjadi bagian utama dari pesawat-pesawat alien itu.

Menurut Behrendt, kita tak perlu lagi menaruh perhatian yang begitu mendalam pada tingkat kecepatannya, karena sejauh yang bisa dipahami lewat berbagai teori fisika moderen, kehadiran makhluk-makhluk asing itu nampaknya mustahil terlaksana jika harus menggantungkan diri pada pesawat yang memiliki kemampuan jelajah yang cepat. Pasalnya, dengan mesin secepat apapun, bahkan dari versi yang belum berhasil dirancang sekalipun, perjalanan dari alam semesta terdekat, yakni Alpha Centauri yang berjarak empat tahun cahaya, bisa dipastikan tak akan pernah obyektif karena untuk mencapai bumi paling-tidak diperlukan waktu hingga 80.000 tahun. Dengan waktu selama ini, boleh jadi tujuan perjalanan yang sesungguhnya justru akan terlupakan di tengah jalan. Perjalanan pun kian tak berarah mengingat dalam kecepatan cahaya tak ada satu pun gelombang radio yang bisa digunakan untuk mengantar pesan dan komando taktis dari pangkalannya.

“Untuk itu, perihal terbang dengan kecepatan cahaya atau yang lebih tinggi lagi, sepertinya memang hanya akan ada dalam film-film layar lebar,” komentar seorang ilmuwan. “Di lain pihak, kami sendiri kini hampir yakin bahwa sepertinya tak ada cara lain bagi mereka untuk mengunjungi bumi selain dengan cara pindah dimensi yang hingga kini masih terus ditelusuri kemung kinannya. Hal ini diperkuat dengan hasil pantauan wahana tanpa awak Voyager yang tak pernah sekalipun menemukan jejak kehidupan selama melakukan perjalanan antar planet,” sambung Berhendt.


Berkaitan dengan teori tersebut, diketahui ada beberapa kemungkinan yang kira-kira bisa dimanfaatkan para penjelajah alam semesta itu. Di antaranya, yang paling populer adalah dengan memanfaatkan gerbang bintang (stargates) yang konon memiliki korelasi dengan keberadaan lubang hitam (black hole) di sejumlah titik dalam tata surya kita. Kerap hilangnya pesawat terbang dan kapal yang sedang melintasi Segitiga Bermuda di selatan AS kabarnya juga berkaitan dengan adanya gerbang ajaib di sana yang bisa mengantarnya ke alam semesta lain yang ada di sekitar situ. Istilahnya adalah alam semesta paralel.


Percaya atau tidak, beberapa tahun setelah Perang Dunia II usai, sekelompok ilmuwan AS pernah begitu terobsesi deng an kemungkinan menjelajah alam semesta paralel tersebut dan melakukan eksperimen berbahaya di sebuah kapal AL AS di wilayah Norfolk. Dalam proyek yang dikenal sebagai ‘Philadelphia Experiment’ ini sejumlah sukarelawan angkatan laut dilaporkan mengalami luka serius akibat sekujur tubuhnya terbakar, sejumlah lagi menderita sakit jiwa, dan uniknya: sejumlah lainnya menghilang begitu saja setelah berjalan menembus dinding. Ajaib!

Berkenaan dengan raibnya personel itu, hingga kini tak satupun ilmuwan yang terlibat bisa menjawabnya. Apakah benar mereka pindah alam semesta? Kalau memang benar, lalu apakah mereka bisa kembali lagi? Dengan kemampuan yang masih terbatas, segalanya memang seakan hanya terbentur-bentur dinding yang begitu besar.•

(Sumber : http://erabaru.or.id/k_17_art_43.html)