Di masa lalu Pasopati, Sumarli, Lo ma Nno, dan Angkara adalah empat sekawan yang berjuang menumbangkan Raja Tiran Rading Amakakga dari planet Wuttusipili khaa. Setelah perjuangan berhasil Pasopati dan Sumarli kembali ke Union. Lo ma Nno tetap bertualang sebagai panggilan jiwanya. Sementara Angkara tidak diketahui keberadaannya.
Union turut mengawasi jalanya demokrasi di Kerajaan Degi Ma Nasaysatt yang justru setelah terpilih Raja baru menunjukkan tanda-tanda Tirani.
Setiap waktu tertentu keempat pejuang ini mengadakan pertemuan untuk bernostalgia. Dalam reuni itu Angkara mengaku bahwa Raja Ma Nasaysatt baru adalah dirinya. Walaupun tidak percaya dengan keterangan ini ketiganya menjadi kecewa. Bahkan sejak pertemuan itu Lo ma Nno menghilang kembali bahkan pada pertemua berikutnya ia tidak datang.
Perubahan watak Angkara tidak diduga oleh mereka bahkan Angkara mengajak Pasopati dan Sumarli berpihak untuk mewujudkan ambisi tiraninya. Tentu saja Pasopati dan Sumarli menolak dan sejak pertemuan terakhir itu mereka menjadi bersebrangan.
Ada yang tidak diketahui oleh Pasopati dan Sumarli. Perubahan watak Angkara dipengaruhi oleh anasir jahat dari Rahwana.
Karena berambisi menjadi penguasa tunggal di dunia, Angkara menemui Rahwana.
Dalam perjalanan mencari tempat Rahwana dalam tawanan abadinya, Angkara mengalami kesulitan dan kesengsaraan. Dalam perjalanan di tempat ganjil yang suram dan menyeramkan ia menemukan orang yang berperawakan ganjil pula. Angkara tidak tahu bahwa orang yang ditemuinya adalah Semar. Semar memberi petunjuk arah yang harus ditempuh untuk menemui Rahwana, tetapi sebelumnya ia memberi pesan kepada Angkara resiko yang akan diterima bila ia telah mendapatkan keinginannya.
Rahwana sebagai makhluk immortal tetapi tersiksa akibat perbuatannya dimasa lalu, sampai sekarang ia digencet hidup-hidup oleh bukit kembar yang menjadi penjara seumur hidupnya.
Rahwana tahu maksud kedatangan Angkara dan ia berhasil membujuk Angkara menerima kesaktiannya. Walaupun Rahwana tetap terpenjara namun ambisinya menguasai dunia bisa kesampaian kembali lewat Angakara yang sama-sama serakah.
Dengan kesaktian itu pula Angkara berhasil membawa kerajaannya lebih berjaya daripada Raja sebelumnya bahkan dalam setiap pertempuran Angkara tidak pernah menemui tandingan.
Sekarang dengan kesaktian yang diperoleh dari Rahwana, Angkara sanggup bertiwikrama menjadi makluk raksasa pula bahkan Tombortomates dikalahkan oleh Angkara.
Walaupun Hurikan memiliki sepasang Pancanaka yang sanggup membelah tubuh raksasa Angkara, tetapi Raja Sakti ini ternyata memiliki kesaktian Candabirawa. Tubuhnya yang telah terbelah dua, masing-masing menjadi raksasa pula. Demikian setiap kali dikoyak oleh Pancanaka, setiap potongan tubuh itu menjadi raksasa yang lebih buas. Hurikan akhirnya jadi barang mainan oleh keroyokan para raksasa jelmaan Angkara.
Sekali lagi Bumi dalam keadaan gawat, siapa yang dapat mengalahkan Raja Angkara Murka?
Untuk menghentikan perang campuh ini, Pasopati mengeluarkan senjata pamungkas, Cakra! Begitu senjata ini dicabut dari sarungnya. Sadarlah kini Raja Angkara, ternyata Pasopati adalah Betara Whisnu, gentarlah Raksasa Angkara ....